Rabu, 17 Desember 2008

penurunan harga BBM


Pemerintah Tidak Ambil Untung

Jakarta, Kompas - Pemerintah menegaskan tak mengambil keuntungan dari selisih harga minyak di pasar internasional dengan harga jual bahan bakar minyak di dalam negeri. Oleh karena itu, kemungkinan penurunan harga BBM dalam negeri masih sangat terbuka jika harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah memungkinkan.

”Pemerintah tak mencari untung. Harga BBM akan ditetapkan sesuai dengan pengumuman yang telah disampaikan pada 14 Desember 2008 bahwa harga di pasar global dan nilai tukar serta faktor lain yang menjadi aspek yang memengaruhi harga BBM di dalam negeri akan ditetapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral setiap bulan,” ujar Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (16/12).

Menurut Sri Mulyani, jika perbedaan harga BBM yang berlaku di dalam negeri dengan harga di pasar internasional positif, selisihnya akan menjadi masukan bagi pemerintah. Selisih positif itu akan dilaporkan dan diaudit Badan Pemeriksa Keuangan. Hasil audit BPK akan disampaikan kepada masyarakat dan dilihat DPR.

”Namun, apabila harga BBM di dalam negeri lebih rendah daripada harga di pasar internasional, pemerintah akan membayar subsidi sesuai Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN 2009. Subsidi ini akan tetap dialokasikan untuk solar, premium, dan minyak tanah,” ujarnya.

Pergerakan harga BBM

Sri Mulyani mengisyaratkan adanya kemungkinan penurunan harga premium. Faktor yang menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam penurunan harga BBM adalah harga minyak dunia dan kondisi nilai tukar rupiah. ”Pergerakan harga BBM setiap bulan akan dimonitor sehingga akhirnya masyarakat bisa memperoleh kepastian harga. Adapun beban dunia usaha semaksimal mungkin bisa ditekan di sepanjang tahun,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi mengatakan, penurunan harga BBM tak serta-merta menurunkan harga produk barang kebutuhan masyarakat di pasar. Penurunan harga hanya terjadi dari sisi distribusi. Pengusaha akan berusaha keras mengurangi biaya produksi dan margin agar bisa menjual produk semurah mungkin. Strategi harga murah dinilai yang paling ampuh saat ini, terutama di tengah ancaman produk China yang sudah banting harga selama sebulan terakhir.

Dari Kediri, Jawa Timur, dilaporkan, ratusan pengusaha stasiun pengisian bahan bakar untuk umum menuntut kompensasi kerugian akibat penurunan harga BBM yang dilakukan tiba-tiba.

Mereka sudah telanjur menebus pembelian premium dan solar dengan harga lama masing- masing Rp 5.500 per liter. Namun, mereka harus menjualnya dengan harga Rp 5.000 per liter untuk premium dan Rp 4.800 per liter untuk solar. (oin/ham/nik)

Tidak ada komentar: