Kamis, 18 Desember 2008

Kredit UMKM Tak Menjadi Andalan


Rasio NPL Kredit Usaha Rakyat 0,84 Persen

Jakarta, Kompas - Dalam kondisi krisis seperti sekarang, perbankan nasional ternyata tidak mengandalkan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai penopang pertumbuhan kredit. Terbukti, porsi kredit UMKM terhadap total kredit cenderung menurun belakangan ini.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, posisi kredit UMKM per Oktober 2008 sebesar Rp 625,95 triliun atau 48 persen dari total kredit yang mencapai Rp 1.298 triliun.

Porsi tersebut jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2007 sebesar 52 persen. Artinya, dalam setahun terakhir, pertumbuhan kredit korporasi lebih cepat dibandingkan kredit untuk UMKM.

Kredit korporasi merupakan kredit dengan plafon di atas Rp 5 miliar. Adapun kredit UMKM berplafon Rp 5 miliar ke bawah.

Pengamat perbankan, Ryan Kiryanto, Rabu (17/12) di Jakarta, mengatakan, sepanjang tahun ini perbankan memang cukup agresif menyalurkan kredit korporasi bernominal besar, seperti di antaranya infrastruktur dan perkebunan.

Relatif lambatnya penyaluran kredit UMKM, ujar Ryan, juga dipicu oleh melemahnya kinerja UMKM akibat penurunan permintaan produk.

Perilaku perbankan yang tidak mengutamakan penyaluran kredit ke sektor UMKM sangat berisiko mengingat sektor korporasi amat rentan terguncang krisis keuangan global.

Sebaliknya, berdasarkan pengalaman krisis tahun 1997-1998, sektor UMKM terbukti mampu bertahan. Karena itu, perbankan diharapkan lebih mengutamakan penyaluran kredit UMKM.

Salah satu jenis kredit UMKM yang risikonya kecil ialah kredit usaha rakyat (KUR). Risiko KUR kecil karena menggunakan skema penjaminan.

Mengurangi penganggur

Hingga November 2008, posisi KUR mencapai Rp 12,03 triliun yang disalurkan kepada 1,6 juta debitor. Komposisinya, KUR dengan nominal di atas Rp 5 juta sebesar Rp 2,85 triliun dan KUR Rp 5 juta ke bawah senilai Rp 5,75 triliun.

Jumlah debitor KUR di bawah Rp 5 juta mencapai 1,48 juta debitor atau 94 persen dari total debitor KUR. Dalam konteks ini, program KUR bisa mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Dari total KUR yang disalurkan, sebanyak 60,13 persen disalurkan ke sektor perdagangan, restoran, dan hotel; sebanyak 21,26 persen ke sektor pertanian; dan 3,27 persen ke sektor jasa.

Selebihnya, sebanyak 2,11 persen ke sektor industri pengolahan, 1,9 persen ke sektor konstruksi, 1,57 persen ke sektor pertambangan, dan sisanya ke sektor lain.

Dilihat dari jumlah debitor yang mendapat kredit, pangsa terbesar dipegang BRI sebanyak 1,5 juta debitor atau 96,17 persen. Bank Mandiri sebanyak 36.974 debitor (2,52 persen), BNI 8.982 debitor (0,61 persen), Bank Syariah Mandiri sebanyak 5.956 debitor (0,43 persen), dan Bank Bukopin sebanyak 2.952 debitor (0,2 persen).

Sekretaris Perusahaan BRI Hartono Sukiman mengatakan, posisi KUR BRI per akhir November 2008 mencapai Rp 8,6 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) KUR secara nasional mencapai 0,84 persen dengan nominal sebesar Rp 52,8 miliar yang dimiliki oleh 5.483 debitor. (FAJ/OSA)

Tidak ada komentar: