Rabu, 03 Desember 2008

Pasar Lokal Jadi Penentu


Industri Elektronik Bergantung
pada Serapan Domestik dan Nilai Tukar
Rabu, 3 Desember 2008 | 01:15 WIB

Jakarta, Kompas - Penguatan pasar domestik dan kestabilan nilai tukar rupiah akan menentukan ”nasib” industri elektronik nasional pada tahun 2009. Tren penurunan penjualan sudah terbaca sejak Agustus lalu, tetapi penjualan produk elektronik Januari-Oktober 2008 masih tumbuh 24 persen dibandingkan pada 2007.

Ketua Electronics Marketer Club (EMC) Agus Subiantoro, Selasa (2/12) di Jakarta, menyebutkan, penjualan produk elektronik >w 9636mw 9736m

Namun, tren penurunan mulai tampak sejak September lalu, terutama di luar Pulau Jawa. Penurunan penjualan itu, menurut Agus, terjadi karena daya beli masyarakat di kawasan ini melemah setelah harga komoditas perkebunan merosot.

”Tren penurunan penjualan ini masih berlanjut dan belum mencapai dasarnya. Di Jawa, penjualan elektronik akan bergantung pada bagaimana perkembangan industri dan apakah PHK makin meluas. Kondisi itu akan mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat,” tutur Agus.

Industri elektronik di dalam negeri, diakui Agus, saat ini terbantu oleh penghapusan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atas televisi, mesin cuci, dan kamera digital pada Oktober lalu.

Nilai tukar

”Penurunan harga minyak dunia juga membuat harga bahan baku, seperti plastik dan besi baja, turun. Namun, imbas positif penghapusan PPnBMM dan turunnya harga bahan baku teranulir karena rupiah terdepresiasi lebih dari 30 persen,” papar Agus.

Pada 2009, EMC memprediksi penjualan elektronik tidak tumbuh, bahkan turun.

Hal ini dikarenakan melemahnya nilai tukar rupiah akan memaksa produsen menaikkan harga jual pada 2009. Kenaikan harga jual tentu menekan permintaan. Pada saat yang sama, daya beli masyarakat pun melemah karena ekonomi melambat.

Meski begitu, Ketua Gabungan Produsen Elektronik Rachmat Gobel optimistis industri elektronik nasional dapat bertahan melewati krisis jika pemerintah konsisten menjalankan komitmen menjaga pasar domestik dengan pengaturan impor.

Menurut Rachmat, beberapa perusahaan bahkan sedang mempersiapkan penambahan investasi pada 2009.

Konsistensi pengaturan impor elektronik serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) disebutkan Rachmat sebagai perangkat penting untuk melindungi pasar domestik.

”SNI wajib sudah seharusnya diterapkan untuk elektronik dan otomotif. Dua industri ini harus siap karena teknologinya kan sudah lebih tinggi,” ujarnya. (DAY)

Tidak ada komentar: