Sabtu, 04 April 2009

Relevansi Hasil KTT G-20


Di luar dugaan, di tengah skeptisisme banyak kalangan, KTT pemimpin G-20 berhasil menggoreskan satu langkah maju penting dalam penanganan krisis global.

Pertemuan London awal pekan ini sangat strategis dan historis karena tidak saja menyepakati langkah penanganan krisis global secara lebih terkoordinasi, tetapi juga meletakkan landasan bagi tatanan dunia baru, melalui kesepakatan untuk mengoreksi secara radikal praktik kapitalisme pasar bebas yang terbukti telah menjerumuskan ekonomi global ke dalam malapetaka.

Di antara poin penting yang dicapai: penggalangan dana cadangan 1,1 triliun dollar AS yang akan disalurkan lewat IMF dan lembaga lain untuk penanganan krisis, dan upaya meregulasi pasar finansial global guna mencegah terulangnya kembali krisis serupa di masa mendatang.

Selain itu, disepakati fasilitas pembiayaan perdagangan senilai 250 miliar dollar AS untuk menggerakkan perdagangan dunia, memerangi surga penggelap pajak (tax haven) dan praktik hedge funds yang destruktif. Langkah penting lainnya, pembentukan Dewan Stabilitas Finansial untuk mengawasi jalannya sistem finansial global.

Kendati bisa dikatakan sebagai capaian substansial, masih harus dilihat sejauh mana implementasi kesepakatan di lapangan dan dampaknya terhadap ekonomi global. Presiden AS Barack Obama—yang menyebut capaian KTT sebagai turning point dalam upaya pemulihan ekonomi global—mengingatkan, tak ada jaminan dengan kesepakatan ini saja pemulihan akan terjadi. Istilahnya, bukan obat mujarab yang menyelesaikan semua persoalan krisis.

Salah satu kekurangan dari KTT, tidak ada kesepakatan soal stimulus global baru. Hal lainnya, meski menyepakati tambahan pendanaan hingga 1,1 triliun dollar AS, bagi negara yang mengalami kesulitan, mungkin tak semudah itu mengakses dana tersebut tanpa persyaratan ketat seperti diterapkan IMF pada Asia pada krisis 1997/1998.

Komitmen 250 miliar dollar AS trade financing juga tak semuanya uang baru. Sebagian adalah fasilitas kredit ekspor lama di negara-negara maju. Komitmen membantu negara berkembang sebagai korban tak berdosa dalam krisis bisa dikatakan tak terlalu signifikan. Komunike sama sekali juga tak menyentuh langkah reformasi terhadap lembaga Bretton Woods seperti IMF dan Bank Dunia.

Sukses KTT diakui sedikit banyak karena andil Obama yang berhasil menyatukan kembali para pemimpin negara di tengah situasi dunia yang terkoyak-koyak krisis.

Ini juga sukses para pemimpin Eropa (karena berhasil menekan AS yang awalnya sangat menentang gagasan regulasi sektor finansial) dan anggota G-20 lain yang menunjukkan komitmen kuat untuk bersama mencari solusi bagi krisis global. Namun, untuk memulihkan kepercayaan sistem keuangan global dan membalikkan resesi ekonomi dunia, tampaknya diperlukan langkah lebih jauh yang belum semuanya terjawab dalam KTT.

Tidak ada komentar: