Sabtu, 04 April 2009

Bank Komersial Tidak Peduli Soal Bunga Kredit

Jakarta, Kompas - Kalangan pengusaha berharap penurunan bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate semestinya diikuti bank komersial. Namun, bank komersial tidak peduli dan kalangan pengusaha hanya menerima karena membutuhkan dana. Ironisnya, BI tidak punya daya untuk menekan bank-bank sebagai penyalur kredit.

Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Polah Cahyono di Yogyakarta, Jumat (3/4), mengatakan, ”BI mandul. Tidak punya daya pressing terhadap perbankan untuk menurunkan bunga kredit. Dari penurunan BI Rate sebelumnya, pelaku usaha tidak merasakan dampaknya secara signifikan.”

Menurut Ambar, BI hanya bisa mengawasi dan mengimbau penurunan bunga kredit perbankan. Padahal, masyarakat yang harus memutar roda usahanya tetap saja menerima besaran bunga yang ditawarkan perbankan.

Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Candra memprediksi penurunan BI Rate baru bisa berdampak 4-6 bulan ke depan bagi kredit kendaraan bermotor. BI Rate tidak bisa langsung memberikan dampak karena perbankan masih bergantung dana-dana lama.

Fuad Zakaria, Direktur Utama PT Adco Citra Asri, menyambut baik penurunan BI Rate secara moral. ”Masalahnya, kredit konstruksi sulit didapat lebih karena bank kekurangan likuiditas. Kesimpulannya, masalah pokoknya bukan besaran suku bunga, tetapi ada tidak uangnya,” ujar dia.

Menurut Fuad, yang membangun perumahan Soekarno-Hatta Regency di Bandung, ketika kredit diajukan, bank selalu berdalih sedang diproses. ”Selalu saja masih dalam proses dan tak kunjung disetujui, padahal kami ingin cepat membangun. Sebab, pekerja juga butuh makan dari proyek kami,” kata dia.

Dari informasi sesama pebisnis, kata Fuad, bukan hanya kredit di sektor konstruksi yang sulit dikabulkan pinjamannya. Juga kredit sektor usaha lainnya.

Dihubungi di Medan, Direktur Utama Anugerah Langkat Makmur Musa Rajekshah meminta perbankan lebih serius menyalurkan kredit usaha setelah suku bunga acuan BI turun. Kekakuan perbankan menyalurkan kredit tanpa mempertimbangkan kinerja dan rekam jejak calon debitor secara tidak langsung menghambat rencana ekspansi.

Rajekshah mengungkapkan, walau pihaknya sudah mendapat komitmen BRI untuk kredit dalam program revitalisasi perkebunan pemerintah sejak dua tahun lalu, sampai kini pihak bank belum juga mencairkan.

Menteri Perindustrian Fahmi Idris, seusai berdiskusi dalam forum komunikasi dunia usaha se-Jawa Tengah di Semarang, Jumat kemarin, mengatakan, penurunan BI Rate merupakan antisipasi dari menurunnya kegiatan sektor riil. Penurunan itu diharapkan dapat menggerakkan kembali sektor riil.

Gubernur BI Boediono mengatakan, dari berbagai evaluasi pada tahun ini, BI memperkirakan perekonomian Indonesia akan bertumbuh 3-4 persen. Meskipun ada pelambatan, pertumbuhan itu masih cukup tinggi jika dibandingkan prospek pertumbuhan negara lain. (OSA/ham/rei/ryo)

Tidak ada komentar: