Selasa, 07 April 2009

Korea Utara Gagal Luncurkan Rudal


DK PBB Belum Sepakati Respons

AP Photo/Kyodo News
Kapal patroli penjaga perairan Jepang tengah menuju wilayah di lepas Pantai Oga, Jepang, yang diperkirakan sebagai tempat jatuhnya benda melayang, menyusul peluncuran roket Korea Utara, Minggu (5/4). Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, benda melayang yang jatuh ke laut itu diperkirakan bagian dari roket yang diluncurkan Korea Utara.
Selasa, 7 April 2009 | 03:19 WIB

Seoul, Senin - Para ahli menilai Korea Utara sebenarnya gagal meluncurkan roket jarak jauh. Amerika Serikat dan Korea Selatan menyatakan, satelit yang diluncurkan Korea Utara gagal mencapai orbit. Sumber militer Rusia juga membenarkan laporan Amerika Serikat dan Korea Selatan iniS

Jika benar gagal, ini merupakan ketiga kalinya sejak tahun 1998 Korea Utara (Korut) gagal membuat rudal jarak jauh yang akurat. ”(Peluncuran) itu gagal. Hal ini mengindikasikan Korea Utara tidak mampu memperlihatkan sistem andal yang bisa menjadi rudal balistik antarbenua atau kendaraan peluncur ke luar angkasa,” kata Joseph Bermudez, pengamat dari Jane’s Information Group, Senin (6/4).

Korut meluncurkan roket jarak jauh bertingkat banyak (multiple stage), Minggu, yang disebut negara itu sebagai satelit komunikasi eksperimental. Empat jam setelah peluncuran, Korut mengklaim sukses meluncurkan satelit itu ke orbit serta tengah mengirim data dan ”lagu-lagu revolusi yang abadi”.

Bermudez mengatakan, tingkat kedua dan ketiga roket itu tidak terpisah sesuai rencana. Itu artinya roket terlalu berat untuk melanjutkan penerbangan menuju ke orbit. Tingkat pertama roket jatuh di perairan sekitar 280 kilometer lepas pantai barat Akita antara Jepang dan Semenanjung Korea.

Daniel Pinkston, analis senior pada International Crisis Group (ICG), juga menilai peluncuran roket Korut gagal berdasarkan laporan yang ada sejauh ini. ”Ada persoalan pemisahan antara tingkat kedua dan ketiga,” katanya. Belum jelas keberadaan dua tingkat roket tersebut.

Sumber militer di Rusia mengonfirmasi laporan AS dan Korsel bahwa Korut gagal menempatkan sebuah satelit di orbit. ”Sistem pemantauan luar angkasa kami tidak menangkap adanya penempatan satelit Korea Utara di orbit. Berdasarkan informasi yang kami terima, satelit itu tidak ada di sana,” sebut sumber itu, seperti dikutip kantor berita Rusia, Interfax, Senin.

Kementerian di Jepang yang memonitor gelombang radio satelit menyatakan tidak mendeteksi sinyal dari pengorbit Korut. ”Sejauh ini, kami belum mendeteksi gelombang radio apa pun dari satelit Korea Utara,” kata Kinya Takano, Wakil Menteri Dalam Negeri Jepang.

Menurut Pinkston, menempatkan satelit ke luar angkasa secara teknis lebih mudah daripada meluncurkan hulu ledak yang harus masuk kembali ke atmosfer dan meledak. AS, Jepang, dan Korea Selatan menilai bahwa peluncuran roket itu sebenarnya hanya uji coba untuk meluncurkan rudal jarak jauh, Taepodong-2, yang secara teori bisa mencapai wilayah AS di Alaska dan Hawaii.

Hanya konsultasi

Di New York, setelah pertemuan tertutup selama tiga jam, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) gagal mencapai kesepakatan tentang bagaimana merespons peluncuran roket jarak jauh Korut.

”Anggota Dewan Keamanan setuju untuk meneruskan konsultasi tentang tindakan yang pantas,” kata Utusan Meksiko untuk PBB Claude Heller, Ketua DK PBB bulan ini.

AS, didukung oleh Inggris dan Perancis, mendorong ”kecaman keras” terhadap Korut. AS dan sekutu-sekutunya memandang tindakan Korut sebagai pelanggaran Resolusi DK PBB Nomor 1718 yang melarang negara itu melakukan uji coba rudal jenis apa pun.

Namun, Rusia, China, Libya, Uganda, dan Vietnam menyerukan agar semua pihak menahan diri dan bertindak proporsional agar tidak membahayakan pembicaraan enam pihak untuk menghadapi isu program nuklir Korut.

”Kita tengah berada dalam masa yang sensitif. Semua negara terkait harus menahan diri dari tindakan yang bisa memicu ketegangan,” kata Utusan China untuk PBB Zhang Yesui.

Utusan Jepang untuk PBB Yukio Takasu menegaskan bahwa Jepang ingin ”respons yang jelas, tegas, dan bersatu” dari DK PBB. Jepang juga menyatakan akan terus mendorong adanya resolusi baru dari DK PBB bagi Korut.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menyatakan bahwa Seoul akan menghadapi provokasi Korut dengan tegas.
(ap/afp/reuters/fro)

Tidak ada komentar: