”Kami melihat perkembangan perekonomian Indonesia pada triwulan I-2009 yang ternyata sangat memuaskan. Itu terjadi karena adanya pemilihan umum (legislatif) yang akan dilanjutkan dengan pemilu lanjutan (presiden). Itu menjadi stimulus riil bagi Indonesia,” ujar Kepala Divisi Asia dan Pasifik IMF Thomas Rumbaugh di Jakarta, Jumat (5/6). Dia berada di Indonesia dalam rangka menyelesaikan laporan hasil pengawasan ekonomi tahunan yang dihimpun dalam dokumen Article IV IMF.
Menurut dia, suku bunga acuan Bank Indonesia yang sudah diturunkan 250 basis poin sejak Desember 2009 seharusnya bisa diikuti penurunan suku bunga pinjaman. Ini bisa menumbuhkan investasi.
”Perekonomian Indonesia sangat terbantu oleh pemangkasan tarif pajak penghasilan (tarif Pajak Penghasilan Badan turun dari 30 persen menjadi 28 persen). Pertumbuhan ekonomi itu menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan pertumbuhan tercepat di G-20 setelah China dan India,” ujar Rumbaugh.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi IMF tersebut masih lebih rendah dibanding target pemerintah, yakni 4-4,5 persen.
Perekonomian global diperkirakan belum sepenuhnya pulih sehingga ekspor Indonesia masih akan stagnan. Dua negara yang menjadi sasaran utama ekspor Indonesia, yakni Amerika Serikat dan Jepang, belum akan pulih dengan cepat.
”Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah potensinya. Namun, tahun 2010 bisa tumbuh 1 persen dari ekonomi tahun ini,” tutur Rumbaugh.
Pengamat ekonomi, Iman Sugema, mengatakan, proyeksi awal IMF atas pertumbuhan ekonomi terlalu rendah karena perekonomian masih bisa tumbuh minimal 3-3,5 persen.
”Perekonomian Indonesia masih akan sulit pada triwulan II-2009 karena ekspor masih rendah dan hanya bisa diselamatkan belanja pemerintah,” ujarnya.
Analis Econit Hendri Saparini tidak sepakat jika dikatakan pemangkasan tarif pajak bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi, sebab model stimulus yang bukan berupa aliran belanja langsung ke masyarakat tidak akan memberikan efek signifikan pada perekonomian.
”Demikian juga penurunan BI Rate tidak akan mendorong turunnya suku bunga pinjaman dengan cepat karena banyak masalah lain yang dihadapi perbankan, seperti risiko bisnis sektor riil, sulit mendapatkan sumber dana. Alasan koreksi IMF Itu tidak masuk akal,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Dirjen Perbendaharaan Negara, Departemen Keuangan, Herry Purnomo mengatakan, pihaknya terus memperbaiki prosedur pencairan anggaran di seluruh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) agar belanja negara bisa disalurkan dengan cepat.
Salah satunya adalah dengan mempercepat proses penerbitan surat perintah membayar dan surat perintah pencairan dana dari 1 hari menjadi 1 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar