Senin, 29 Juni 2009

ANALISIS EKONOMI

Pasar Antisipasi Pilpres dan Kinerja Ekonomi



Mirza Adityaswara


Setelah melaju pada April dan Mei, pasar modal global dan domestik seperti kehabisan bahan bakar pada bulan Juni. Melesatnya indeks bursa saham pada April-Mei didorong oleh kinerja perusahaan global dan domestik yang lebih baik daripada perkiraan awal. Pasar keuangan selalu berusaha mengantisipasi fundamental ekonomi. Tanda-tanda bahwa kondisi terburuk sudah terlewati membuat para investor memberanikan diri mengakumulasi saham yang pada Februari-Maret jatuh terpuruk.

Ekonomi Indonesia pada kuartal I-2009 yang tumbuh positif 4,4 persen dianggap baik sehingga mendorong para investor melakukan pembelian. Kegiatan kampanye pemilu legislatif dan panen padi yang bagus tampaknya mendorong aktivitas ekonomi pada kuartal I-2009. Di tengah resesi global, hanya sedikit negara di dunia yang mencatat pertumbuhan ekonomi positif pada kuartal I-2009, termasuk China, India, dan Indonesia. Hasil pemilu legislatif pada bulan April menambah optimisme investor pasar modal.

Namun, pada Juni laju pasar modal global mulai agak tertahan, investor melakukan aksi ambil untung, mengurangi portofolio investasinya. Indeks Bursa Efek Indonesia yang naik pesat dari 1.200 (Februari) ke 2.200 (Mei) kembali turun ke 1.990 pada Juni. Kurs rupiah terhadap dollar AS, yang menguat dari Rp 12.800 ke Rp 9.900, agak melemah, kembali ke Rp 10.380. Imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) berjangka 10 tahun yang membaik signifikan dari 14 persen pada Maret ke 10,3 persen pada Mei sedikit memburuk ke 11,1 persen.

Investor asing menambah investasi SUN pada April dan Mei, tetapi mengurangi Rp 3 triliun pada Juni sehingga jumlah kumulatif investasi turun menjadi Rp 86 triliun. Kekhawatiran naiknya inflasi dan defisit anggaran karena naiknya harga minyak internasional (ke 70 dollar AS per barrel) membuat investor SUN tekan portofolio.

Ada dua hal lain yang diantisipasi oleh para investor pasar keuangan, yaitu hasil pemilu presiden 8 Juli serta kinerja ekonomi kuartal II-2009. Kinerja keuangan emiten global dan domestik akan kita ketahui pada Juli juga. Investor mengurangi portofolio karena pernyataan pemerintah menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2009 akan sedikit lebih rendah daripada kuartal I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2009 saat ini diperkirakan 3,8-4,0 persen sehingga lebih rendah daripada pencapaian 4,4 persen pada kuartal I-2009.

Hasil pemilu presiden merupakan faktor signifikan yang ditunggu investor. Antisipasi yang dilakukan adalah dengan melihat hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei. Perubahan hasil survei dicermati. Terlepas dari perdebatan publik terhadap validitas hasil lembaga survei, paling tidak hal tersebut bisa dijadikan barometer memprediksi hasil pemilu presiden. Pada intinya, investor pasar keuangan menginginkan pemerintah yang stabil dan efektif, pemerintah yang berhati-hati mengelola ekonomi makro, pemerintah yang pro kepada pertumbuhan ekonomi serta meneruskan reformasi di berbagai bidang, termasuk menjaga ”governance” pemerintahan yang baik.

Perbankan global

Pasar keuangan dan ekonomi global mulai menunjukkan stabilisasi, tetapi dunia belum keluar dari resesi ekonomi. Salah satu pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), John Lipsky, mengatakan bahwa tanda-tanda penurunan output ekonomi global mulai menunjukkan stabil moderat. Akan tetapi, IMF mengatakan bahwa tanda-tanda pemulihan ekonomi hanya terlihat di Asia, belum ada tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara maju. Maka, IMF menyarankan kepada pemerintah negara maju dan berkembang agar tidak menyetop stimulus fiskal yang direncanakan. IMF juga menyarankan, kebijakan moneter masih harus tetap akomodatif, artinya belum saatnya suku bunga dinaikkan. Upaya penyehatan sektor perbankan harus tetap dijalankan. Modal perbankan global harus dinaikkan, neraca perbankan global harus dibersihkan dari kredit bermasalah agar mereka bisa kembali menyalurkan kredit kepada sektor riil dunia.

Direksi bursa

Besar harapan investor bahwa setelah pemilu presiden, proses pemulihan ekonomi domestik akan lebih cepat. Pada Mei, penjualan mobil naik 4 persen terhadap bulan April. Pada periode yang sama, penjualan sepeda motor naik 19 persen, penjualan semen naik 7 persen, dan penjualan alat berat oleh United Tractor naik 45 persen. Setelah pemilu presiden diharapkan kredit perbankan akan mulai jalan dan suku bunga kredit juga bisa mulai diturunkan karena risiko kredit bermasalah akan mulai menurun.

Pemerintah ke depan harus bisa menuntaskan pembangunan infrastruktur fisik, seperti jalan, jembatan, pembangkit listrik, irigasi pertanian di seluruh Indonesia. Potensi di luar Jawa akan bisa diwujudkan jika pemerintah menyediakan infrastruktur. Ketahanan energi dan pangan adalah hal prioritas. Sumber dana pembangunan berasal dari pengeluaran pemerintah, perbankan, dan pasar modal. Peranan pasar modal kian penting, yaitu memberikan dana kepada pemerintah dalam bentuk SUN serta dana obligasi dan tambahan modal saham kepada perusahaan Indonesia.

Minggu lalu terpilih paket direksi Bursa Efek Indonesia yang baru. Tantangan yang dihadapi oleh Ito Warsito dan kawan-kawan bersama pemerintah adalah memperluas basis investor di pasar modal Indonesia, meningkatkan likuiditas bursa, dan menegakkan integritas pelaku pasar modal. Kapitalisasi pasar saham di Indonesia saat ini hanya 31 persen produk domestik bruto (PDB). Di Malaysia sudah 80 persen dan di Amerika Serikat sudah 132 persen PDB. Basis investor institusi dalam negeri, seperti dana pensiun dan asuransi, harus diperluas. Tren perusahaan Indonesia mencatat di bursa Singapura harus dicegah dengan menawarkan insentif dan birokrasi yang efisien.

Investor luar negeri yang masuk ke pasar modal Indonesia harus diusahakan mempunyai horizon jangka panjang. Investor asing yang masuk ke Sertifikat Bank Indonesia sebaiknya dilarang karena hal tersebut hanya membuat volatilitas tinggi pada kurs rupiah tanpa dananya bisa dipakai untuk pembangunan. Agar pasar modal Indonesia bisa menjadi tempat investasi yang dihormati, ”governance” pelaku bursa harus ditegakkan, meliputi integritas investor, emiten, termasuk pula integritas regulator. Aturan kehati-hatian, permodalan perusahaan sekuritas, dan sumber daya manusia harus ditingkatkan demi terciptanya industri pasar modal yang tangguh.

Mirza Adityaswara Ekonom dan Analis Pasar Modal

 

Tidak ada komentar: