Rabu, 27 Mei 2009

Peraih Nobel: Perang Irak Pengaruhi Pelambatan Ekonomi AS


NEW YORK,MINGGU - Pemenang Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz menyatakan, perang Irak memberikan kontribusi terhadap pelambatan ekonomi Amerika Serikat. Perang Irak juga menghambat pemulihan ekonomi negara adidaya tersebut. Hal itu disampaikan Stiglitz dan rekannnya, Linda Bilmes dalam buku mereka, "The Three Trillion Dollar War", yang akan diluncurkan Senin (3/3) ini.

Perang yang hampir 5 tahun ini, pernah disebut-sebut dibiayai sendiri oleh Irak melalui peningkatan ekspor minyaknya, ternyata telah menguras kantong Uncle Sam secara langsung sebesar 845 miliar dollar AS. "Pernah ada gagasan bahwa perang itu baik untuk ekonomi. Namun Tidak ada ekonom yang percaya akan hal itu lagi," sebut Stiglitz seperti dikutip Reuters.

Stiglitz dan Blimes menyebutkan, melalui perhitungan ultrakonservatif, sesungguhnya perang Irak menelan biaya 3 triliun dollar AS dan bahkan bisa melebihi biaya yang telah dikeluarkan untuk Perang Dunia II setelah disesuaikan dengan inflasi, yang diperkirakan mencapai 5 triliun dollar AS.

Biaya langsung diluar bunga dari utang untuk mendanai perang yang terus meningkat, adalah biaya kesehatan untuk para veteran yang telah pulang dan mengganti peralatan yang hancur dan rusak selama perang. Di dalam buku diperinci lagi, sebagai tambahan, masih ada ongkos-ongkos yang tidak dihitung dalam anggaran, seperti kenaikan harga minyak serta biaya sosial dan makorekonomi.

Stiglitz dan Blimes dalam bukunya mengilustrasikan, bahwa anggaran tahunan AS untuk riset autis sebesar 108 juta, dihamburkan begitu saja dalam empat jam di Irak. Sedang 1 triliun dollar AS bisa digunakan untuk
memperoleh 15 juta tambahan guru sekolah negeri selama setahun atau untuk beasiswa 43 juta pelajar selama 4 tahun di universitas negeri.

Saat ditanya apakah perang Irak mempengaruhi pelambanan ekonomi AS, Stiglitz mengatakan, "Amat sangat.""
Menurutnya, peran juga telah mengubah bagaimana AS bereaksi menghadapi kesulitan ekonomi. "Saat lembaga finansial AS bermasalah, mereka pergi mencari dana ke Timur Tengah, untuk rekapitalisasi, untuk mencari
talangan," katanya.

"Alasannya sangat jelas. Perang menyebabkan membumbungnya harga minyak dunia. Perang juga membuat Amerika harus meminjam lebih banyak uang. Tidak ada lagi sumber dana yang likuid di AS. Sumber dana yang likuid ada di Timur Tengah," sebutnya.

1 komentar:

hanifsan mengatakan...

saya juga setuju sekali bahwa perang tak baik untuk pemulihan ekonomi, AS emank sangat berkepala keras demi mempertahankan citra nya sebagai negara adidaya