Sabtu, 09 Januari 2010

Kredit Harus Tumbuh 22%



Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,5%

SP/YC Kurniantoro - Sigit Pramono

[JAKARTA] Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5%-6% dibutuhkan tingkat pertumbuhan kredit 22%-24%. Dengan kondisi perbankan nasional yang sehat, yaitu rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17% dan rasio kredit terhadap pinjaman (LDR) 73%, ruang untuk perbankan mendukung pertumbuhan kredit cukup luas.

Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menuturkan, permasalahan rendahnya pertumbuhan kredit tahun 2009 tidak sepenuhnya terletak pada tingginya suku bunga.

"Bunga kredit perbankan saat ini terendah sepanjang sejarah Indonesia, bunga kredit bank banyak yang di bawah 10%. Persoalannya, faktor-faktor biaya nonbunga kredit juga tinggi karena inefisiensi di bidang transportasi dan energi, makanya perbankan ditekan untuk menurun-kan suku bunga," katanya di Jakarta, Kamis (7/1).

Menurutnya, kurang tepat bila BI mengeluarkan disinsentif dan insentif mengenai kebijakan giro wajib minimum dikaitkan dengan LDR. "Kalau giro wajib minimum dengan LDR itu berlawanan, yang satu gas dan yang satu lagi rem. Tapi, kita akan coba karena tidak semua bank punya LDR tinggi, bergantung pada porsi bank masing-masing, ada yang diuntungkan, ada juga yang dirugikan," ujarnya.

Ditegaskan, faktor bunga bukan faktor penentu, sebab banyak hal yang harus dibenahi dalam menunbuhkan perekonomian, mulai dari infrastruktur sampai listrik, termasuk politik. Apabila tidak ada keduanya, investor tidak akan melakukan investasi. Akibatnya, kredit tidak akan diambil.


Tidak Manfaatkan

Tahun 2009 jumlah komitmen kredit perbankan yang tidak terserap (undisbursed) berkisar Rp 270 triliun-280 triliun. Jumlah yang cukup besar itu menunjukkan bahwa debitor tidak memanfaatkan dana kredit yang disediakan bank.

Sementara itu, ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, permintaan kredit tahun 2010 akan naik karena dunia usaha harus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi dunia dengan melakukan ekspansi lebih besar.

"Kecenderungan suku bunga global naik sebagai respon perbaikan ekonom. Agar aset dalam rupiah tetap menarik dan tidak terjadi capital flight, maka suku bunga domestik juga harus dinaikkan," katanya.

Akan tetapi, kenaikan suku bunga baru akan terjadi pada triwulan II, BI Rate akan naik menuju 6,25% pada semester I dan 7% pada akhir 2010. Dengan kenaikan BI Rate tersebut, otomatis bunga perbankan akan terdorong naik.

Wadirut BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, perbankan akan berupaya menurunkan suku bunga kredit pada tahun ini, sesuai dengan pergerakan biaya dana, sehingga posisi net interest margin diperkirakan sedikit lebih rendah dibanding tahun 2009.

Dia menilai, margin bunga bersih perbankan akan sedikit turun karena suku bunga kredit yang masih terus ditekan sesuai dengan arah BI Rate yang masih rendah.

Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi net interest margin perbankan pada Oktober 2009 memang turun tipis menjadi 5,55% dari setahun sebelumnya 5,69%. Namun, Jahja menyatakan, perbankan sulit bergerak apabila akan diatur perolehan margin bunga bersihnya, yang seharusnya dapat lebih elastis sesuai dengan perkembangan pasar.

"Justru dalam situasi ekonomi yang belum normal, perbankan membutuhkan sumber pendapatan, yang pada akhirnya bisa menjadi sumber utama untuk menopang penguatan modal," katanya. [D-11]

Tidak ada komentar: