Sabtu, 31 Oktober 2009

TAJUK RENCANA

Sabtu, 31 Oktober 2009 | 04:31 WIB

Jiwa Kewirausahaan

Bukan sekali ini Presiden mengemukakan pentingnya jiwa kewirausahaan ikut mengurangi jumlah penganggur dan menurunkan ukan sekali ini Presiden mengemukakan pentingnya jiwa kewirausahaan ikut mengurangi jumlah penganggur dan menurunkantingkat kemiskinan.tingkat kemiskinan.

Akan tetapi, ketika pernyataan itu ditegaskan sebagai arahan awal kerja kabinet, maknanya lain. Dia menjadi simpul pengikat bagaimana proses belajar-mengajar di lembaga pendidikan diselenggarakan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kewirausahaan menjadi kata kunci mengatasi persoalan besar kita: pengangguran dan kemiskinan.

Ciputra termasuk satu dari beberapa orang yang gencar menjual ide kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan bangsa Indonesia rendah sekali. Wirausaha bukan berarti pedagang, melainkan yang bernaluri dan yang punya perhitungan kreatif dan inovatif melakukan terobosan di segala bidang. Mengubah sesuatu dari yang tidak berguna menjadi berguna, sampah menjadi pupuk, dan memanfaatkan peluang untuk kemajuan.

Agar terlaksana, jiwa itu dikembangkan lewat tiga ranah. Pertama, lewat ranah kurikulum dan praksis pendidikan (belajar-mengajar) di sekolah. Kedua, lewat ranah pendidikan tinggi didirikan

pusat-pusat kewirausahaan. Ketiga, lewat ranah masyarakat dikembangkan gerakan nasional budaya dan pelatihan kewirausahaan.

Dunia kerja dan dunia pendidikan tidak ketemu. Praksis pendidikan di lembaga pendidikan tinggi kurang mengembangkan jiwa kewirausahaan. Padahal, kewirausahaan merupakan kunci kemajuan atau meminjam istilah Huntington dan Lawrence Harrison (Culture Matters: 2000), berbudaya progresif.

Praksis pendidikan dasar dan menengah terus diperbaiki. Presiden meminta Mendiknas Mohammad Nuh mengubah metodologi belajar-mengajar. Mendiknas berjanji mereformasi sistem pendidikan, khususnya metode belajar-mengajar. Semua masih ”akan”, dengan catatan perlu dijaga agar tidak mengulang trauma ”ganti menteri ganti kebijakan”.

Angka pengangguran per Februari 2008 sebesar 9,43 juta atau 8,46 persen jumlah total penduduk, tidak secara langsung merupakan akibat praksis pendidikan yang kurang mengembangkan jiwa kewirausahaan.

Mendorong jiwa kewirausahaan perlu diimplementasikan dalam target, inisiatif-inisiatif yang perlu dilakukan plus biaya yang diperlukan. Pembentukan pusat kewirausahaan dengan target 20 persen lulusan perguruan tinggi menjadi usahawan di tahun 2014, misalnya, tentu menyangkut bagaimana dilaksanakan dan berapa besar biayanya.

Kita akhiri keluhan rendahnya jiwa kewirausahaan. Kita implementasikan target jumlah ideal usahawan dua persen dari total jumlah penduduk Indonesia—saat ini baru 0,18 persen—yang dibutuhkan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, di antaranya mengurangi jumlah penganggur dan menurunkan tingkat kemiskinan.


***

Iran dan Kerja Sama Nuklir

Menarik kabar bahwa sekarang ini Iran sudah siap bekerja sama dalam bidang nuklir. Ini terdengar tidak biasa mengingat sikap Iran selama ini.

selama ini yang banyak terdengar adalah Iran matimatian membela program nuklirnya. Menurut berita dalam koran ini kemarin, menyusul pertemuan tiga hari antara perunding Iran dan perunding Barat di Vienna, yang juga menjadi pusat Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Iran kini siap membangun kerja sama di bidang bahan bakar nuklir, pembangkit listrik, dan teknologi.

Sebagai sikap, ini jelas satu kemajuan. Dengan itu, setidaknya selalu terbuka kanal komunikasi antara Iran dan negara-negara Barat, yang selama ini mencurigai bahwa program nuklir Iran ditujukan tidak saja untuk maksud damai, tapi juga untuk pembuatan senjata nuklir.

Manakala saluran komunikasi ada, tidak perlu lagi mestinya ancaman dan sanksi seperti yang selama ini banyak menjadi landasan kebijakan Barat. Masih segar dalam ingatan, salah satu pokok pembicaraan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton ke Rusia beberapa pekan silam adalah mencari dukungan Rusia untuk menekan Iran lebih jauh, tetapi Rusia menolak permintaan tersebut.

Lebih buruk, cukup banyak pula diwacanakan kemungkinan serangan ke Iran, baik oleh AS sendiri maupun oleh Israel. Israel sangat risau dengan program nuklir Iran. Bukan saja karena supremasi nuklir di Timteng akan ditandingi, tetapi juga karena kepemilikan senjata nuklir oleh pihak lain di Timteng sangat membahayakan eksistensinya. Jadi, masuk akal kalau pilihan menyerang Iran sebelum bom nuklir menjadi kenyataan sebetulnya merupakan opsi yang punya bobot tinggi di Israel.

Akan tetapi, kita juga tahu, melancarkan serangan ke Iran akan menjadi hal yang berbeda dibandingkan dengan menyerang fasilitas nuklir Irak, yang dilakukan Israel pada Juni 1981. Pasti akan ada api yang berkobar hebat di Timur Tengah, mungkin juga akan melibatkan Rusia.

Dalam perspektif itu, terbukanya peluang kerja sama nuklir antara Iran dan IAEA, juga dengan negara Barat, memancarkan sinyal positif. Beberapa hari lalu IAEA juga mengumumkan, pihaknya tidak menemukan hal yang mencurigakan setelah memeriksa fasilitas nuklir Iran.

Pada sisi lain, disebutkan pula seperti dikemukakan Presiden Mahmoud Ahmadinejad, pihaknya tetap punya hak nasional. Jelas itu pernyataan bak bermata dua: satu mengarah ke Barat, satu lagi mengarah ke oposisi yang mencurigai kerja sama dengan Barat akan menjadi konsesi yang memubazirkan jerih payah ribuan ilmuwan Iran.

Ke pihak Barat, pernyataan Ahmadinejad juga berarti bahwa Iran tetap punya ruang untuk mengembangkan program nuklir yang dinilai esensial bagi eksistensi dan kejayaan nasionalnya. Dengan kacamata itu, kita tidak akan naif membaca perkembangan terakhir ini.

Tidak ada komentar: